niki papan anggennipun kulo pados ilmu

Selasa, 22 Maret 2011

Mas Paidi naik sepeda

Mas Paidi..bersepeda dengan satu kaki
Walau hanya dengan satu kakinya Mas Paidi tetap bersepeda untuk beraktivitas.
-
Potret kehidupan pria bernama Paidi suprapto kelahiran desa Karang Agung Surabaya ini mencuri pandangan saya saat jalan-jalan seputaran kota Padang. Pemandangan yang sepintas biasa namun ada yang janggal terlihat, bapak satu anak ini begitu cekatan mengendarai sepeda dengan segala keterbatasannya, saya sengaja berada di posisi belakangnya dan memperlambat laju kendaraan dengan tongkat disandang di tangan kanan begitu santai dan stabil dia mengayuh sepeda type sport ini.
Sampai akhirnya dia berhenti di sebuah kedai kaki lima di pinggir jembatan banjir kanal pusat kota padang ini, secara spontan pun saya ikut berhenti di kedai di atas becak barang itu, tak lama setelah sepeda di parkirkan barulah saya yakinkan bahwa dia seorang pria yang memiliki 1 kaki. tanpa dikomando saya lansung memperkenalkan diri dan dengan ramah mas paidi membalas jabatanan tangan saya.
Pembicaraan ringan sore itu membawa dia menerawang masa lalu, kejadian 14 tahun silam disaat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas 2, dengan aksen jawa trans yang becampur bahasa padang sangat jelas kentara, dia mengalami kecelakaan tuturnya yang membuat kaki sebelah kanannya cacat, kejadian itu awalnya hanya menyisakan luka pada lutut yang cukup parah, luka yang sempat dia obati ke Rumah Sakit mengalami pembusukan, karena di saat yang berbarengan tak berselang lama Ibu tercinta meninggal dunia. Kaki yang membutuhkan perawatan yang berkala ini menjadi tidak terawat lagi, luka yang diderita menjadi semakin parah dan tiada jalan lain haruslah di amputasi, mulai saat itulah dia beraktifitas dengan 1 kaki.  Paidi muda memberanikan diri merantau ke kota Padang, awal mula di kota Bingkuang ini Paidi di ajak bekerja di bengkel sepeda miliki temannya, mulai dari membantu-bantu sampai ia mengerti sedikit bagaimana memperbaiki sepeda, tak mungkin rasanya terus di bengkel dan merasa mampu untuk mencoba pekerjaan baru dia mencoba melamar untuk bekerja di salah satu rumah makan Padang sebagai tenaga dapur, apapun dia lakukan asal bisa untuk makan dan melanjutkan hidup. Disanalah awal mulanya Paidi menemukan jodoh wanita asal Pariaman ini dan telah memberinya seorang anak laki-laki berumur 8 bulan, tadinya anak saya yang pertama perempuan tuturnya tetapi meninggal dunia waktu masih 1 tahunan.
Semenjak Gempa yang melanda Padang 30 september 2009 kemaren dia tidak memiliki pekerjaan lagi dikarnakan Rumah makan tempat dia mencari nafkah runtuh karena gempa, berkat kegigihannya ia kembali melanjutkan hidup menjadi tenaga kebersihan di salah satu sekolah negeri dan membuka kedai rokok dan minuman yang di kelola istri tercinta tepatnya di tepi banjir kanal kawasan GOR H Agussalim ini.
Satu prinsip hidup yang beliau berikan yang menjadi pelajaran berharga bagi penulis dimana ‘Selagi kita bisa berusaha dan bekerja kenapa harus menjadi peminta-minta”  tetap semangat Mas uda Paidi..

sumber : Sepeda Unto Padang

Tidak ada komentar: