Berawal dari kesuksesan sekedar mencoba-coba berjualan produk secara online, maka akhirnya semakin bertambahlah ide-ide untuk menambah jenis-jenis produk atau barang yang akan dijual.
Untuk menambahkan jenis-jenis produk yang akan dijual secara online tersebut, tentu saya memerlukan banyak informasi, melihat potensi atau kerajinan dari suatu daerah, berkunjung ke pameran bertema Usaha Kecil Menengah (UKM), dan sebagainya. Dari pemikiran ini pun saya teringat seorang teman yang berasal dari satu daerah yang sama di sebuah kawasan di wilayah kabupaten Bandung, dimana sekarang ia tinggal di sebuah daerah yang lain yang letaknya cukup jauh walaupun masih sama-sama terletak di wilayah Jawa Barat.
Sayapun mencoba mengontaknya lewat telepon, menanyakan bagaimana kabar serta kegiatan yang sedang digelutinya, serta tidak lupa menanyakan potensi apa yang ada di daerahnya. Diantara jawaban yang ia katakan adalah bahwa di daerahnya masih terdapat banyak sepeda tua/sapedah baheula/sepeda kuno/sepeda antik, atau kalau di daerah jawa seperti di Jogja biasa disebut dengan sepeda onthel/sepeda ontel, yang biasa disebut juga dengan sepeda kebo, sepeda unta, atau pit pancal.
Mendengar jawabannya tersebut sayapun langsung teringat dengan seseorang yang berada di sebuah desa yang letaknya tidak jauh dari rumah saya tinggal, yang belakangan hari diketahui bahwa beliau bernama pak Nanang atau biasa dipanggil dengan julukan pak Ogud PSB (PSB diambil dari singkatan Paguyuban Sapedah Baheula), beliau merupakan salah satu anggota dari komunitas pecinta sepeda tersebut di Bandung. Bukan itu saja, sayapun teringat pertemuan dengan seorang Salik (penempuh suluk = penempuh jalan tashawuf) beberapa tahun yang lalu di suatu daerah yang mengisyaratkan untuk membuka usaha yang beraitan dengan kata “sepeda”.
Untuk mengetahui merk-merk serta kualitas dari sepeda antik (sepeda onthel) tersebut, maka sayapun kembali lagi menemui pak Ogud PSB yang kebetulan saat itu sedang berada di bengkel sepedanya. Sambil menyebutkan beberapa merk dari sepeda onthel tersebut, ia pun menunjukkan beberapa sepeda serta suku cadang dari beberapa merk sepeda kuno yang ada di bengkelnya. Pak Ogud mengatakan bahwa sepeda-sepeda onthel tersebut ada ratusan merk, dan sayapun hanya mencatatnya beberapa buah saja.
Diantara beberapa merk dari ratusan merk sepeda onthel yang ada diantaranya:
Fongers, Gazelle, Simplex, Batavus, Angele, Burgers, Hudson, BMW, Benhur, Humbers, Phillips (Jenggot), Raleigh, Norton, Porp, Hercules, BSA, Hero, Hartog, Tigres, Senior Master, Mister Dragon, dan sebagainya.
Sebelumnya keberadaan sepeda-sepeda onthel tersebut tergeser oleh kemunculan sepeda-sepeda baru seperti sepedah jengki dan sepeda gunung, tetapi karena kelangkaan serta keantikan dari sepeda onthel, maka belakangan hari orang-orang pun mulai memburu serta menggemari kembali sepeda onthel, mulai dari rakyat biasa, mahasiswa, pengusaha, hingga pejabat negara, dan sebagainya. Pantas saja jika harga jual sepeda onthel tersebut juga semakin hari semakin bernilai tinggi, mulai dari ratusan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah, serta bukan hanya sepeda utuhnya saja, suku cadang/spareparts serta assesorisnya pun banyak dicari.
Konon, untuk memilih sepeda yang benar-benar mempunyai nilai jual yang tinggi diperlukan beberapa kriteria, diantaranya adalah dilihat dari keantikan/usia sepeda (tahun 1970 ke belakang), mempunyai tampilan klasik, keaslian merk serta cat (walaupun mungkin catnya sudah pudar, tetapi tidak boleh dicat kembali, dan lebih baik dibiarkan tampak logam aslinya saja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar