Rabu, 30 Maret 2011
Selasa, 29 Maret 2011
Selasa, 22 Maret 2011
Onthel Nyerbu DPR
ONTHEL NYERBU DPR |
Ontel Goes To Wakil Rakyat Jakarta - virus bersepeda kini telah mewabah dimana-mana, mulai dari pelosok kampung sampai ke jantung pusat ibukota. Hari Kamis 6 Mei 2010 kemarin, saat matahari mulai beranjak naik di kota Jakarta, saat aktivitas denyut nadi kesibukan jakarta mulai terasa, saat jalan2 ibukota mulai dipenuhi sesaknya kendaraan bermesin. kawan-kawan B2W Indonesia, KOBA, dan beberapa perwakilan sepeda di jakarta berkumpul di kantor Menteri Pemuda dan Olahraga dengan agenda "Bersepeda bersama anggota DPD & DPR" ratusan penyepedah sudah menyemut di halaman kantor menpora menunggu kedatangan menterinya Bpk. Andi Malarangeng yang juga turut mengawal menuju senayan. KOBA menurunkan hampir separuh dari jumlah peserta, tentunya dengan dandanan sederhana ala betawi. Acara yang dimulai start jam 08.00 dari Menpora menuju senayan dengan melewati jalur protokol Jl. Gatot Subroto dan memutar kearah palmerah untuk kemudian masuk langsung ke Gedung Wakil Rakyat MPR-DPR. inilah pertama kali dalam benak para peserta saat itu bersepeda di kawasan yang selalu bertembok tinggi nan kokoh dan berjeruji kawat baja, maklum antisipasi demontrasi yang selalu ada di Jakarta. Rombongan penyepedah diterima oleh Ketua DPD Irman Gusman dan AM Fatwa, yang kemudian ternyata ini merupakan program DPD bekerja sama dengan Latofi dalam launching Indonesia Green Awards 2010. dan pagi itu para peserta diajak keliling halaman gedung DPR yang ternyata sangat luas, hijau, penuh pohon rindang, suasana yang sejuk, dibeberapa sudut fasilitas berupa Lap. Voli, basket, futsal, bulu tangkis, ruang fitness tertata sangat rapih di bawah rimbunnya pohon-pohon, disudut yang lain terlihat anggota kepolisian yang bertugas jaga sedang santai-santai pagi, sudut yang lain ada apel pagi bagi keamanan gedung, padahal jam sudah menunjukkan pkl. 09.00 pagi, ternyata suasana masih lenggang. kemudian jamuan makan pagi dengan menu bubur ayam dan bubur kacang hijau tersaji sangat bersahabat, sambil menikmati makan pagi para peserta berbaur dengan beberapa anggota DPD dan juga para staff khususnya. semakin siang ternyata para peserta diajak untuk mengunjungi ruang Nusantara IV dan mengikuti diskusi tentang "Indonesia Green Awards 2010" bersama moderator anggota DPR dedi "miing" gumelar dan pembicara Om Toto ketua B2W indonesia, Bupati Wakatobi, Staff Ahli Gubernur Kaltim, Direkur Utama Aqua & staff khusus kepresidenan bidang lingkungan, inti dari diskusi gak tau. maklum banyak yang tidur dan terkesan membosankan, ditambah ruangan Nusantara IV atau sering disebut Gedung Hijau karna karpetnya hijau dan sering difungsikan sebagai tempat sertijab/pelantikan anggota Fraksi. ruangan ini sangat Adem full sejuuk. Terakhir... Makan siang bersama dengan menu standar Pejabat Wakil Rakyat dan maaf kami sensor untuk menunya.. karna terlalu Maknyuuss... Salam Sepeda Fahmi Sekjen | ||
Mas Paidi naik sepeda
Mas Paidi..bersepeda dengan satu kaki |
Walau hanya dengan satu kakinya Mas Paidi tetap bersepeda untuk beraktivitas. Potret kehidupan pria bernama Paidi suprapto kelahiran desa Karang Agung Surabaya ini mencuri pandangan saya saat jalan-jalan seputaran kota Padang. Pemandangan yang sepintas biasa namun ada yang janggal terlihat, bapak satu anak ini begitu cekatan mengendarai sepeda dengan segala keterbatasannya, saya sengaja berada di posisi belakangnya dan memperlambat laju kendaraan dengan tongkat disandang di tangan kanan begitu santai dan stabil dia mengayuh sepeda type sport ini. Sampai akhirnya dia berhenti di sebuah kedai kaki lima di pinggir jembatan banjir kanal pusat kota padang ini, secara spontan pun saya ikut berhenti di kedai di atas becak barang itu, tak lama setelah sepeda di parkirkan barulah saya yakinkan bahwa dia seorang pria yang memiliki 1 kaki. tanpa dikomando saya lansung memperkenalkan diri dan dengan ramah mas paidi membalas jabatanan tangan saya. Pembicaraan ringan sore itu membawa dia menerawang masa lalu, kejadian 14 tahun silam disaat ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama kelas 2, dengan aksen jawa trans yang becampur bahasa padang sangat jelas kentara, dia mengalami kecelakaan tuturnya yang membuat kaki sebelah kanannya cacat, kejadian itu awalnya hanya menyisakan luka pada lutut yang cukup parah, luka yang sempat dia obati ke Rumah Sakit mengalami pembusukan, karena di saat yang berbarengan tak berselang lama Ibu tercinta meninggal dunia. Kaki yang membutuhkan perawatan yang berkala ini menjadi tidak terawat lagi, luka yang diderita menjadi semakin parah dan tiada jalan lain haruslah di amputasi, mulai saat itulah dia beraktifitas dengan 1 kaki. Paidi muda memberanikan diri merantau ke kota Padang, awal mula di kota Bingkuang ini Paidi di ajak bekerja di bengkel sepeda miliki temannya, mulai dari membantu-bantu sampai ia mengerti sedikit bagaimana memperbaiki sepeda, tak mungkin rasanya terus di bengkel dan merasa mampu untuk mencoba pekerjaan baru dia mencoba melamar untuk bekerja di salah satu rumah makan Padang sebagai tenaga dapur, apapun dia lakukan asal bisa untuk makan dan melanjutkan hidup. Disanalah awal mulanya Paidi menemukan jodoh wanita asal Pariaman ini dan telah memberinya seorang anak laki-laki berumur 8 bulan, tadinya anak saya yang pertama perempuan tuturnya tetapi meninggal dunia waktu masih 1 tahunan. Semenjak Gempa yang melanda Padang 30 september 2009 kemaren dia tidak memiliki pekerjaan lagi dikarnakan Rumah makan tempat dia mencari nafkah runtuh karena gempa, berkat kegigihannya ia kembali melanjutkan hidup menjadi tenaga kebersihan di salah satu sekolah negeri dan membuka kedai rokok dan minuman yang di kelola istri tercinta tepatnya di tepi banjir kanal kawasan GOR H Agussalim ini. Satu prinsip hidup yang beliau berikan yang menjadi pelajaran berharga bagi penulis dimana ‘Selagi kita bisa berusaha dan bekerja kenapa harus menjadi peminta-minta” tetap semangat Mas uda Paidi.. sumber : Sepeda Unto Padang |
Sejarah Sepeda 2
ASAL USUL SEPEDA
24012010Manusia mengenal alat transportasi modern bermula dengan diketemukannya roda, sebelumnya manusia menngunakan binatang sebagai kendaraannya seperti kuda, gajah, sapi, unta dan lain sebagainya. Dengan digunaknnya roda dalam menciptakan alat transportasi, hal in merupakan lompatan yang cukup jauh walaupun pada awalnya bentuk roda cukup sederhana hanya berupa lempengan kayu seperti roda gerobak, kemudian dibuat roda yang berjeruji, kemudian dibuatlah roda kereta kuda, baru kemudian sepeda. Di Eropa setelah adanya revolusi industri maka kemajuan teknologi berkembang cukup pesat.
Dengan diproduksinya mesin dan minyak untuk membangkitkan motor maka bermunculanlah alat transportasi seperti mobil, sepeda motor, kapal api, kereta api, kapal terbang dan sebagainya.
Tahun 1971 sepeda kayu sudah mulai dibuat di Perancis, namun baru tahun 1817 Baron Von Drais de Sauerbun membuat sepeda kayu tanpa pedal yang pertama, sepeda ini disebut “Hoby Horse” (sepeda kuda – kudaan) dan dalam waktu yang singkat sudah popularJerman, Perancis, Inggris, dan Amerika. Tahun 1839 sepeda memakai pedal pengayuh pertama kali digunakan, bentuk sepeda yang dibuat saat itu kelihatan sangat janggal, karena rodanya terlalu besar dan belakangnya dibuat roda kecil untuk membantu keseimbangannya, dan cara memakainya sangat dibutuhkan keterampilan seorang akrobatik untuk mengendarainya. Dua dasawarsa kemudian bentuk sepeda sudah mulai tampak enak untuk dikendarai. Setelah itu bermunculan berbagai merk dan bentuk sepeda dari negara – negara Eropa, Amerika yang disusul oleh negara Asia seperti Cina dan Jepang yang tidak mau ketinggalan dalam memproduksi dan memasarkan sepeda mereka secara besar – besaran.
Sebenarnya sepeda masuk sebagai alat transportasi di INdonesia belumlah terlalu lama, yaitu sekitar awal abad ke-20 yaitu sekitar tahun 1910-an. Waktu pertama masuk tentu saja dipakai oleh pegawai kolonial dan para bangsawan, baru kemudian para misionaris dan saudagar kaya bisa memilikinya.
Sepeda, pertama kali dibuat bentuknya sangat berbeda dengan sepeda zaman sekarang yang bentuknya ramping dan terbuat dari alumunium. Sepeda diciptakan di Prancis pada tahun 1791, sepeda kala itu hanya berupa kendaraan beroda dua dari kayu yang bentuknya aneh. Sepeda ini roda depannya dibuat dalam posisi paten dan tidak berpedal. Jadi sepeda ini baru dapat bergerak maju ketika pengemudinya mengerakkan kakinya untuk berjalan maju.
Pada tahun 1817, Baron Von Drais de Sauerbrun memperbaiki model sepeda primitif itu. Masih tanpa pedal, sepeda yang ini sudah berkerangka dari kayu, rodanya dari logam dan jerujinya yang besar terbuat dari kayu. Selain itu juga sudah mempunyai tempat duduk dan tempat meletakkan tangan didepan. Sepeda ini dapat dikemudikan dengan sebuah palang yang disambungkan dengan roda depan. Saat itu, bersepeda menjadi populer di Jerman, Prancis, Amerika, dan Inggris.
Pada tahun 1839, untuk pertama kali diciptakan sepeda berpedal oleh Kirkpatrick Macmillan, seseorang pandai besi dari Skotlandia, Ciptaannya ini bukan sekedar memperbaiki model lama tetapi betul – betul sebuah inovasi baru, sepeda dengan pedal kaki untuk menjalankan rodanya.
Roda depannya yang dapat dikemudikan diapit dengan kerangka dari logam dalam posisi vertikal yang diletakkan dengan kerangka bagian depan yang terbuat dari kayu yang tersambung dengan roda bagian belakang.
Pedal berada pada kedua sisi kiri dan kanan tersambung dengan tangkai pengungkit perseneling yang berpusat pada kerangka dekat roda depan. Sebuah tangkai penghubung akan mentransfer gerakan tangkai pengungkit perseneling yang naik turun memutar untuk menggerakan roda belakang. Temuan Macmillan ini membuktikan bahwa kendaraan roda dua dapat digerakkan dengan kayuhan kaki tanpa pengemudi kehilangan keseimbangan.
PERKEMBANGAN SELANJUTNYA
Dengan terbukanya pasar Inggris dan Amerika pada akhir tahun 1860-an, sepeda mengalami banyak perkembangan. Misalnya saja, penemuan jeruji dari kawat dan roda yang terbuat dari karet.
Perkembangan yang lainnya adalah adanya lampu, kala itu berupa lilin dalam kotak kecil yang diletakkan pada setir, dan rem yang masih sangat primitif. Rem ini berupa sepatu (shoe, yang menjadi asal istilahbrake shoe) yang digunakan untuk melambatkan laju roda dengan cara pengemudi menarik sebuah tali yang diletakkan di setir dan terhubung dengan sepatu tadi sehingga sepatu itu menempel pada roda hingga dapat menahan lajunya.
Salah satu kelemahan sepeda ini adalah jarak tempuh dalam satu kayuhan hanya sejauh besarnya keliling roda. Agar dapat menempuh jarak yang lebih jauh, kadang – kadang diameter roda depan dibuat menjadi 130 cm dan roda belakangnya 60 cm. Setiap kayuhan pedal akan memitar roda yang besar satu kali sehingga jarak tempuhnya lebih jauh. Model ini disebut Penny Farthing karena bentuknya seperti uang koin Inggris.
Sepeda dengan rantai muncul pada tahun 1879. Sepeda ini roda depannya dikendalikan dengan sebuah engkol yang berada di bawah pusat roda dan dihubungkan dengan rantai dan susunan gigi jentera.
Seiring perkembangan zaman, bersepeda mulai popular sebagai satu bentuk olah raga. Karena murah dan praktisnya, pada tahun 1897, hampir empat juta orang Amerika menggunakan alat transportasi ini setiap hari.
CARA KERJA SEPEDA
Ketika pengemudi mendorong pedal sepeda, gigi jentera akan berputar yang kemudian menggerakan rantai roda. Rantai, yang dilingkarkan pada sebuah bulatan besi bergerigi, bergerak mencocokan posisi pada gigi – gigi nya. Pedal memutar gigi jemtera yang besar yang menggerakkan rantai yang kemudian memutar gigi jentera kecil yang akhirnya memutar roda belakang dan sepeda dapat bergerak maju.
PERSENELING
Zaman ini, sepeda mempunyai perseneling yang digunakan sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. Perseneling membantu pengemudi menggunakan kombinasi yang diinginkan antara kekuatan mengayuh dan kecepatannya. Misalnya, pegemudi akan menggunakan perseneling rendah untuk jalan yang menanjak. Dengan demikian, ia akan mengayuh dengan lebih mudah meski lajunya lebih lambat. Sedangkan pada jalan yang datar, akan digunakan perseneling yang tinggi sehingga mengayuhnya lebih lambat tapi lajunya lebih cepat.
Sepeda dengan perseneling yang multi kecepatan mempunyai gigi jentera dengan ukuran yang beragam pula. Jumlah perseneling yang diguakan menentukan kecepatan. Misalnya, sepeda yang mempunyai 5 macam kecepatan (five-speed bike) sepeda yang mempunyai 5 perseneling roda belakang. Dan jika mempunyai ten-speed bike maka sepeda ini mempunyai lima perseneling pada roda belakang dan dua perseneling yang mengatur rantai.”Derailleur” adalah alat yang mengatur perpindahan rantai dari satu perseneling ke perseneling yang lain. Umumnya, “Derailleur” diletakkan di bagian bawah dekat kursi sepeda yang jaraknya diukur dalam jangkauan pengemudi tapi ad juga yang berada di bagian setir.
KERANGKA
Kerangka sepeda haruslah memenuhi syarat minimal demi efisiensi penggunaan. Pertama, kerangka haruslah terbuat dari bahan yang keras dan antara bagiannya menyatu erat supaya kayuhan pengemudi mempunyai daya dorong yang kuat. Apabila setelah satu kayuhan, kerangka bergerak dan harus kembali ke posisi semula maka, hal ini membuat gerakan pengemudi tidak efisien.
Syarat yang kedua, adalah harus mempunyai daya pegas. Ini sangat penting, mengingat berbagai kondisi jalanan yang tidak rata dan berbatu yang menyebabkan hentakan – hentakan akan langsung dirasakan oleh pengemudi melalui tempat duduk dan setir. Hal ini tentu saja membuat bersepeda menjadi sangat tidak nyaman, apalagi untuk jarak jauh.
Umunya kerangka zaman sekarang terbuat dari besi kualitas tinggi tapi belakangan alumunium juga banyak digunakan untuk sepeda yang dirancang ringan.
Pameran Sepeda Onthel
Bulan Oktober 2009 ini barangkali adalah bulan cukup sibuk bagi Podjok. Pada minggu kedua saja, sudah ada 2 acara bersamaan yang diikuti Kerabat Podjok. Acara pertama adalah Pameran Kampung Budaya yang digelar UGM pada tanggal 11-13 Oktober, dimana Podjok turut berpartisipasi membuka stand pameran sepeda onthel. Pameran ini relatif unik karena menampilkan berbagai stand komunitas mulai dari sepeda onthel, low rider sampai komunitas penggemar bis….he..he..he..
Kemudian Minggu 11 Oktober, Podjok juga turut memeriahkan Acara Karnaval Museum-Museum Yogyakarta yang diadakan sebagai langkah promosi guna meningkatkan minat masyarakat untuk kembali mengunjungi museum. Acara karnaval cukup sederhana tapi mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat.
Memang minggu yang melelahkan bagi Kerabat Podjok, namun menjaga eksistensi komunitas di dalam masyarakat memang memerlukan komitmen, tidak cukup hanya semboyan dan cerita (liputan sahid nugroho).
#1 Stand Podjok di Kampung Budaya UGM
#2 Sederhana tapi tetap unik memikat…
#3 Sabar menunggu giliran start…
#4 Karnaval berjalan perlahan menyisir Jalan Malioboro
#5 Santai, tenang dan damai…atmosfir khas para onthelis…
#6 Narsis bersama seusai karnaval
#7 Seusai karnaval langsung nonton pameran bareng-bareng
Senin, 21 Maret 2011
Sabtu, 19 Maret 2011
sejarah sepeda onthel
Sepeda Ontel di Negeri Liliput
Di sebuah daratan nun jauh disana yang sering disebut orang sebagai Benua Eropa, berdirilah sebuah negeri kecil yang diapit oleh dua negara besar. Adalah negeri liliput yang terletak di tengah dua Negara raksasa bernama Perancis dan Jerman itu. Dan tahukah kau kawan, bahwa negeri liliput itu bukan lain adalah Belanda yang selama ini kita kenal.
Pernahkah kalian menyadarinya, jika kita melihat peta eropa, Belanda tidak lebih hanya liliput ditengah dua negara besar, yaitu Perancis dan Jerman. Secara ras dan kultural, posisi Belanda bagaikan kurcaci yang terjepit di tengah dua gajah raksasa. Namun dalam perkembangannya, inovasi Belanda dalam berbagai ranah kehidupan tak perlu diragukan lagi. Mulai dari kincir angin sang pembangkit tenaga listrik nan ramah lingkungan yang menjadi ikon tersohor, peran aktif penduduknya untuk menjadikan Belanda sebagai Negara multilingual sebagai penunjang perdagangan dan hubungannya dengan dua Negara raksasa tetangganya, belum lagi kepiawaian pemerintahnya dalam penataan kota, penciptaan kanal-kanal indah yang multifungsi, dan pencegahan banjir yang begitu ampuh, lalu inovasi dalam bidang transportasi umum yang serba canggih dan nyaman, hingga pesatnya kemajuan mereka di bidang pendidikan. Belanda memang bukan Negara besar, namun negeri liliput itu justru menawarkan kesempatan besar bagi kalian yang haus ilmu dan senantiasa ingin bergerak maju. Bayangkan saja, Belanda mempunyai lebih dari 1391 program studi berbahasa Inggris yang tentu kesemuanya memiliki kualifikasi kelas dunia (baca: standar internasional).
Mungkin semua orang tahu betul akan fakta-fakta mengagumkan yang terpapar di atas. Atau bahkan beberapa diantara kalian akan mencibir… apa bedanya Belanda dengan Negara-negara barat lainnya? Mereka juga sama canggihnya di berbagai bidang. Sama-sama bergerak maju dan tak pernah berhenti berinovasi. Tak ada yang istimewa. Eit! Tunggu dulu kawan, mungkin kau belum tahu kisah yang satu ini. Kisah tentang sepeda ontel di negeri liliput yang hendak kuceritakan.
Kau tahu kan apa itu sepeda ontel? Ya, sepeda roda dua sederhana yang dulu menjadi alat transportasi nenek kakek kita dulu. Kring… kring… kring…, begitu bunyinya yang nyaring memekakkan telinga. Namun sayang, penduduk Indonesia kini telah berubah menjadi manusia-manusia angkuh yang menganggap benda yang satu ini sebagai sarana transportasi yang ketinggalan jaman, tak efisien, dan nggak gaul. Kita lebih suka pergi ke kampus atau ke kantor dengan naik motor atau mobil meski jarak rumah dengan kampus atau kantor cukup dekat. Sepeda ontel dalam budaya kita dicap sebagai kendaraannya orang level bawah, sehingga dalam perkembangannya sepeda ontel semakin ditinggalkan. Namun tahukah kau kawan, kalau benda yang satu ini sangat diistimewakan di negeri liliput sana?
Betapa tidak? Ada sekitar 16 juta sepeda di negeri liliput, hampir setara dengan jumlah penduduknya. Jadi bisa diperkirakan bahwa setiap penduduk mempunyai satu sepeda. Bahkan tak jarang penduduk yang mempunyai dua hingga tiga sepeda sekaligus. Sepeda khusus untuk ke kampus, sepeda khusus untuk perjalanan jauh, dan sepeda khusus hang-out. Kalau kau mau bukti kecintaan penduduk negeri liliput pada sepeda ontel, kita bisa melihat dari fakta bahwa semua lapisan masyarakat mereka menggunakan sepeda ontel sebagai alat transportasi. Dari kakek, nenek, ibu rumah tangga, anak sekolah, mahasiswa, dosen hingga anggota parlemen, pengusaha, dan bahkan menteri juga bersepeda. Sepeda ontel digunakan untuk hampir semua keperluan transportasi, mulai dari belanja, ke sekolah, ke kampus, mengunjungi teman, rekreasi, hingga ke kantor. Karena bervariasinya jenis keperluan sepeda ini menyebabkan beragam pula jenis sepedanya, ada sepeda-nenek (omafiets), sepeda-kakek (opafiets), sepeda-perempuan (damesfiets), sepeda-pria (herenfiets), dan sepeda-anak (kinderfiets). Nah… kini kau percaya bukan, betapa istimewanya sepeda ontel bagi penduduk negeri liliput?
Gambar diambil dari http://www.masboi.com
Selain itu, bukti lain kecintaan penduduk negeri liliput terhadap sepeda ontel adalah dengan dicanangkannya “keterampilan bersepeda” sebagai salah satu mata pelajaran ekstrakulikuler di sekolah dasar disana. Dalam pelajaran bersepeda, murid akan diajari di antaranya cara memberi tanda jika akan membelok ke kiri atau ke kanan, memilih titik aman untuk berhenti di perempatan jalan, arti lampu merah-hijau pada lampu stopan sepeda, serta perlengkapan yang mesti dimiliki, seperti rem, bel, lampu depan dan belakang. Pelajaran teori singkat itu ditutup dengan ujian teori dan keterampilan bersepeda. Halaman sekolah dijadikan arena ujian, dipasangi rambu-rambu lalu-lintas sederhana, lalu setiap murid diminta mengendarai sepedanya melewati rute yang telah ditentukan. Tujuan pelajaran bersepeda itu untuk mempersiapkan murid-murid bersepeda di jalan raya dengan aman.
Umumnya, setelah murid lulus ujian bersepeda, orangtuanya berani melepas sang anak pergi dan pulang sendiri ke atau dari sekolahnya. Seluruh proses pendidikan bersepeda dan ujiannya, didukung sepenuhnya oleh korps polisi lalu-lintas di kota atau desa masing-masing. Karena anak-anak Belanda sudah diperkenalkan dengan sepeda di usia dini, maka sepeda menjadi seperti “bahasa ibu” seluruh anak-anak Belanda, yang akan dibawanya sampai tua. Bayangkan, betapa inovatifnya pemerintah Belanda dalam menggalakkan budaya bersepeda ini.
Gambar diambil dari http://www.masboi.com
Tampaknya mereka percaya betul akan pepatah “sebuah sepeda jauh lebih baik daripada satu truk obat-obatan”. Mereka sadar, dengan mengendarai sepeda, kesehatan akan senantiasa terjaga dan tidak memerlukan obat-obatan. Selain baik untuk kesehatan, rupanya penduduk negeri liliput yang pintar itu juga sadar betul bahwa sepeda ontel juga baik untuk kenyamanan kota, kenyamanan global dan pemeliharaan lingkungan. Sepeda tidak menghasilkan gas karbon monoksida maupun karbon dioksida, tidak mencemari udara maupun lingkungan serta tidak menyebabkan kemacetan arus lalu lintas. Karena sepeda dioperasikan oleh otot tubuh manusia, maka tidak memerlukan konsumsi bahan bakar berupa bensin ataupun solar.
Yang lebih mengagumkan adalah dukungan dari pemerintah yang senantiasa menyediakan jalur sepeda ontel di tiap ruas jalan di kota-kota besar hingga ke desa-desa kecil, didukung dengan transportasi umum seperti kereta api dan bus super nyaman sehingga penduduk tak merasa perlu menggunakan mobil jika ingin menempuh perjalanan jarak jauh. Tinggal bersepeda santai sampai stasiun, lalu naik kereta api yang sudah tentu canggih dan nyaman. Pemerintah negeri liliput yang bijak selalu memberikan ruang gerak seluas-luasnya dan pengutamaan untuk pengguna sepeda ontel yang ramah lingkungan ini. Dan yang membuat kisah ini menjadi sangat istimewa, belum ada satu Negara di belahan bumi mana pun yang mampu menandingi kecintaan penduduk negeri liliput terhadap budaya sepeda ontel! Negara super power sekelas Amerika sekali pun belum bisa menduplikat gaya hidup penduduk negeri liliput yang mengagumkan itu. Maka tak heran, kini negeri liliput itu lekat dengan julukan “negeri sepeda”.
Maka bisa kalian bayangkan, betapa indah dan damainya kehidupan di negeri liliput sana. Ketika sepeda ontel dijadikan filosofi hidup dalam berkendara, maka bisa dipastikan betapa negeri liliput senantiasa terbebas dari ancaman polusi dan pencemaran lingkungan. Belum lagi terciptanya paradigma yang mengakar kuat bahwa sepeda ontel bukanlah alat transportasi kelas rendah, sehingga siapapun baik itu menteri ataupun pekerja kasar akan dengan nyaman menggunakan sepeda ontel dalam kesehariannya. Dan bisa kalian perkirakan, seberapa besar kontribusi yang diberikan penduduk negeri liliput dalam misi pencegahan pemanasan global? Mungkin adalah yang terbesar yang pernah ada.
Begitulah, sekelumit kisah tentang sepeda ontel di negeri liliput bernama Belanda. Sebuah benda yang sederhana dan terkadang dianggap remeh memang, namun siapa yang menyangka kalau sepeda ontel justru menjadi inovasi Belanda paling mutakhir dan tak tertandingi. Maka andaikata kita bisa meneladani kerendah hatian penduduk negeri liliput akan kesadaran pentingnya penggunaan sepeda ontel, baik dari penduduk maupun pemerintah, maka bisa dibayangkan akan seperti apa Indonesia kelak. Negeri luas nan elok yang damai, sejuk, dan jauh dari momok ‘macet’ yang senantiasa menghantui kota-kota besar di negeri kita, dan tentu saja, menurunnya kesenjangan sosial yang telah dan akan selalu menimbulkan berbagai problem sosial yang pelik.
Kamis, 17 Maret 2011
sepeda ontel termahal
Sepeda Onthel Termahal di Dunia [PIC Inside]
1892 : Willem Kolling, yang bekerja sebagai agen kantor pos di sebuah desa di Belanda yang bernama Dieren, mengundurkan diri dan memulai usaha dagang sepeda dengan memesan sebuah sepeda di Inggris. Usaha dagangnya berkembang dengan sangat bagus. Kolling kemudian memulai kerja sama dengan pengecer perangkat dari besi dan kompor Rudolf Arentzen dari Dieren.
1902 : Arentzen dan Kolling membeli tanah dan bangunan baru di tempat berdirinya pabrik yang sekarang dan memulai produksi sepeda. Dalam tahun yang sama, sepeda pertama kali yang bermerk Gazelle mulai dijual.
1903 : Kemudian Gazelle memperkenalkan produksi sepeda motornya yang pertama, namun tidak dibuat oleh Gazelle sendiri.
1905 : Meskipun perdagangannya berkembang bagus Arentzen mengundurkan diri dari perusahaan itu. Posisinya digantikan oleh Hendrik Kolling, saudara Willem Kolling.
1912 : Dengan perluasan besar-besaran terhadap tanah dan bangunan awal mereka, dan dengan alat – alat permesinan yang modern dan spesialis, rencana produksi sendiri bisa direalisasikan sepenuhnya. Meraka memiliki spesialisasi dalam pembuatan sepeda lengkap. Sementara itu aktivitas perdagangan borongan Gazelle menjadi semakin penting.
1915 : Keluarga Kolling dan kemenakan mereka Van Breuking mengganti nama perusahaan menjadi “N.V. Gazelle Rijwielfabriek v/h Arentzen en Kolling dalam dua puluh lima tahun berikutnya perusahaan ini mengalami pertumbuha yang mantap. Permintaan dari outlet domestik serta permintaan internasional meningkat secara signifikan. Hal ini juga karena pasar yang berkembang bagi sepeda Gazelle di Indonesia yang pada saat itu menjadi salah satu koloni Belanda. Disamping sepeda – sepeda standar, beberapa jenis sepeda bermotor, delivery bicycles (sepeda antar) dan carier tricyles (sepeda muatan tiga roda) diproduksi untuk berbagai sektor idustri.
1930 – 1931 : Gazelle memperkenalkan model kerangka silang 9X dan 8V.
1931 : Sebagai variasi merek Invicta muncul dalam katalog Gazelle, sementara itu merek Gelria juga diperkenalkan.
1935 : Gazelle memperkenalkan tandem pertama, yang sangat populer dalam tahun – tahun sebelum Perang Dunia II. Pada tahun perkenalannya, 600 tandem segera terjual.
1892 : Willem Kolling, yang bekerja sebagai agen kantor pos di sebuah desa di Belanda yang bernama Dieren, mengundurkan diri dan memulai usaha dagang sepeda dengan memesan sebuah sepeda di Inggris. Usaha dagangnya berkembang dengan sangat bagus. Kolling kemudian memulai kerja sama dengan pengecer perangkat dari besi dan kompor Rudolf Arentzen dari Dieren.
1902 : Arentzen dan Kolling membeli tanah dan bangunan baru di tempat berdirinya pabrik yang sekarang dan memulai produksi sepeda. Dalam tahun yang sama, sepeda pertama kali yang bermerk Gazelle mulai dijual.
1903 : Kemudian Gazelle memperkenalkan produksi sepeda motornya yang pertama, namun tidak dibuat oleh Gazelle sendiri.
1905 : Meskipun perdagangannya berkembang bagus Arentzen mengundurkan diri dari perusahaan itu. Posisinya digantikan oleh Hendrik Kolling, saudara Willem Kolling.
1912 : Dengan perluasan besar-besaran terhadap tanah dan bangunan awal mereka, dan dengan alat – alat permesinan yang modern dan spesialis, rencana produksi sendiri bisa direalisasikan sepenuhnya. Meraka memiliki spesialisasi dalam pembuatan sepeda lengkap. Sementara itu aktivitas perdagangan borongan Gazelle menjadi semakin penting.
1915 : Keluarga Kolling dan kemenakan mereka Van Breuking mengganti nama perusahaan menjadi “N.V. Gazelle Rijwielfabriek v/h Arentzen en Kolling dalam dua puluh lima tahun berikutnya perusahaan ini mengalami pertumbuha yang mantap. Permintaan dari outlet domestik serta permintaan internasional meningkat secara signifikan. Hal ini juga karena pasar yang berkembang bagi sepeda Gazelle di Indonesia yang pada saat itu menjadi salah satu koloni Belanda. Disamping sepeda – sepeda standar, beberapa jenis sepeda bermotor, delivery bicycles (sepeda antar) dan carier tricyles (sepeda muatan tiga roda) diproduksi untuk berbagai sektor idustri.
1930 – 1931 : Gazelle memperkenalkan model kerangka silang 9X dan 8V.
1931 : Sebagai variasi merek Invicta muncul dalam katalog Gazelle, sementara itu merek Gelria juga diperkenalkan.
1935 : Gazelle memperkenalkan tandem pertama, yang sangat populer dalam tahun – tahun sebelum Perang Dunia II. Pada tahun perkenalannya, 600 tandem segera terjual.
Langganan:
Postingan (Atom)